PALANGKA RAYA, katakata.co.id – Tim Peneliti Universitas Palangka Raya (UPR) yang diketuai Nawung Asmoro Girindraswari MPd, beranggotakan Utari Yolla Sundari STP MSi, Muh Andis Hidayatullah MPd, dan Muhamad Romadoni MPd, berhasil menciptakan motif lokal Batik Tambun Bungai. Ciptaan itu, sebagai bentuk kejatidirian Ekonomi Kreatif Kalteng, yang mengolaborasikan ranah antara seni, sains, dan teknologi.
Pranata Humas Ahli Madya UPR Despriawan Imanuel ST, Selasa (12/12/2023), menuturkan, tim riset dari Prodi Sendratasik bekerjasama dengan Prodi Teknologi Industri Pertanian, melalui program penelitian melakukan eksperimen dengan pendekatan multidisplin kriya dan pengetahuan alam.
“Program ini merupakan salah satu upaya dari Universitas Palangka Raya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Palangka Raya, dengan memberikan kesempatan bagi seluruh dosen untuk melaksanakan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Harapannya penelitian ini mampu menghasilkan ide, gagasan, inovasi, hingga produk yang bernilai ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Kalimantan Tengah,” ujarnya.
Menurutnya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya masyarakat lokal (Brand identity), menjadi alternatif dalam mendukung pariwisata di wilayah Kalteng. Budaya masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dikembangkan, dalam bentuk terintegrasi pada setiap kegiatan pembangunan, sehingga ekonomi kreatif tidak hanya direspresentasikan dari segi ekonomi, tetapi juga dapat diukur dari segi dimensi sosial dan budaya.
Arah pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, lanjut Despriawan, bersumber dari kearifan lokal dan produk yang mencerminkan budaya yang dikembangkan dengan sentuhan teknologi, sehingga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Kearifan lokal dapat berupa fisik dan non fisik, baik berupa seni, kerajinan, kuliner, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tercipta motif dan prototype berupa unsur-unsur rupa motif batik Tambun Bungai, meliputi karakter, profil, warna, ragam hias, dan formasi gerak tari Tambun Bungai, dianalisis hubungan atau interelasi antara satu dengan lainnya. Hal tersebut, tanda atau semiotika dapat dijadikan alat untuk menelusuri sesuatu dan menghasilkan sesuatu berupa tanda-tanda atau simbol-simbol.
“Dalam upaya mewujudkan pengembangan ekonomi kreatif melalui penciptaan motif Batik Tambun Bungai, disinkronkan melalui model pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Prinsip-prinsip SDGs, yaitu pembangunan universal, integrativ, dan inklusif, untuk memastikan bahwa setiap individu, kelompok, atau golongan ikut berpartisipasi dan menikmati pembangunan secara menyeluruh,” imbuhnya.
Pembangunan SDGs, tidak saja menekankan pada aspek pertumbuhan ekonomis, namun keberlangsungan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Setiap detail dari motif Batik Tambun Bungai, mencirikan khas Kalteng untuk mempertahankan budaya dan memperkenalkan suku Dayak Kalimantan.
Tidak itu saja, motif Batik Tambun Bungai dapat diaplikasikan nantinya oleh mitra daerah sekitaran kampus UPR, berupa UMKM dalam bentuk seni, daya tarik wisata, dan benda-benda aplikatif yang menawarkan prospek inovasi untuk solusi pembangunan berkelanjutan daerah Kalteng, terkhusus Palangka Raya.
Di sisi lain, hasil penelitian Motif Batik Tambun Bungai telah terdaftar secara Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan juga telah dipublikasi sebagai suatu penelitian pada Jurnal Penelitian.
“Diharapkan penciptaan batik dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk mendorong potensi pertumbuhan ekonomi, dan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kalteng melalui kemajuan UMKM dan pariwisata, serta implementasi ekonomi hijau,” tutup Despriawan Imanuel. (ard/red)