SAMPIT,katakata.co.id- Walaupun Indonesia saat ini menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia, namun dalam beberapa tahun terakhir produksi kelapa sawit di Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami penurunan/Anjlok. Kondisi ini berdampak langsung terhadap dana bagi hasil (DBH) yang diterima daerah termasuk Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalteng, Saiful Panigoro ada beberapa Faktor teknis menjadi salah satu penyebabnya, mulai dari keterlambatan peremajaan tanaman hingga maraknya penggunaan benih illegal.
“Selain itu adanya serangan ganoderma serta serangan organisme pengganggu tanaman. Untuk faktor non teknis seperti penertiban kawasan hutan juga turut mempengaruhi turunnya produksi,” Kata Panigoro.
Ia menambahkan, Pada tahun 2024 penurunan produksi sawit di Kalteng mencapai 12 persen. Adanya penertiban kawasan hutan diperkirakan akan membuat produksi sawit terus menurun. “Penertiban itulah menjadi penyebabnya juga,” ujarnya.
Bupati Kotim, Halikinnor menyampaikan, penurunan produksi sawit berdampak langsung pada dana bagi hasil (dbh) yang diterima daerah. Dari yang awalnya sebesar Rp 46 Miliar turun menjadi sekitar Rp 13 Miliar.
“Mengatasi masalah tersebut perusahaan perkebunan kelapa sawit saat ini fokus pada penanganan teknis. Diharapkan setelah faktor non teknis kembali stabil produksi sawit bisa kembali meningkat,” tegasnya. (bah/red)