Sancho: Hal yang aneh, menghabiskan dana lebih besar, prestasi mengecil
PALANGKA RAYA,katakata.co.id – Merosotnya prestasi atlet Kalimantan Tengah yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional ke 21, yang digelar di Sumatera Utara dan Aceh, menyisakan kekecewaan banyak pihak, terutama para mantan pengurus KONI Kalteng, dan penggiat olahraga.
Saat melepas kontingen PON Kalteng, Gubernur Sugianto Sabran mengingatkan, pentingnya menjaga kekompakan tim, dan mengatakan Pemprov Kalteng telah mengalokasikan dana sebesar 50 miliar rupiah , untuk mendukung keikutsertaan dalam PON.
Menyikapi merosotnya prestasi Kontingen Kalteng, kepada Wartawan, beberapa waktu yang lalu, Christian Sancho, mantan ketua umum KONI Kalteng mengatakan, Ia sangat menyesal melihat hasil pencapaian tim Kalteng. Selain menurunnya perolehan medali emas, rangking untuk seluruh Provinsi peserta juga turun dari PON sebelumnya.
Sancho menilai, menurunnya prestasi ini tidak lepas dari kesalahan dalam membina para atlet, karena menurutnya, mengelola olahraga itu ada tahapannya, dan para pengurus cabor maupun pengurus KONI harus mengerti cabor yang dibinanya serta para atlet masing – masing cabor.
“mengelola olahraga itu ada tahapannya, dan pengurus cabor maupun pengurus KONI harus mengerti cabor yang dibinanya serta para atlet masing-masing cabor. Masa dengan dana yang digelontorkan lebih besar, justru prestasi merosot, inikan hal yang aneh“ tegas Sancho.
Menutup pernyataannya, Sancho yang dipercaya menjadi ketua Perbakin Kalteng menegaskan, sebenarnya dasar mengikuti PON adalah regulasi terkait dengan pemahaman bahwa cabor mana saja yang berprestasi dan mampu meraih medali, bukan dengan anggaran yang sebesar-besarnya namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Sementara itu, Marcos Tuwan, mantan pengurus KONI Kalteng yang membidangi pembinaan prestasi, merasakan hal yang sama, yaitu rasa kecewa atas hasil yang diperoleh Kontingen Kalteng yang menurun dari PON sebelumnya, padahal dana yang digelontorkan jauh lebih besar, namun prestasi justru menurun.
“ Marcos mendorong pengurus KONI untuk melakukan evaluasi, karena olahraga di ajang PON adalah olahraga prestasi bukan rekreasi, yang ukurannya adalah prestasi untuk meraih medali emas “ tegas Marcos
Sementara itu, kegelisahan yang sama juga dirasakan oleh Ahia Novie, penggiat olahraga bola basket Palangka Raya, yang menyayangkan dukungan dana besar tidak diimbangi prestasi yang meningkat.
“ Pemerintah dan KONI serta pengurus cabor perlu berkaca, bagaimana pembinaan prestasi olaharaga selama ini. Dengan dana sebesar itu apa yang sudah didapatkan dan itu harus dipertanggungjawabkan, karena dari dana yang digelontorkan sebesar puluhan miliar rupiah tersebut, ada uang dari pajak yang kami bayar “ tegas Novie.
sementara itu, Senin ( tgl 24 September 2024 ) kepada wartawan, sekretaris Umum KONI Kalteng, Ilham Busra, mengatakan, anggaran yang dikelola KONI dari Pemprov untuk tahun 2024, dalam rangka menghadapi PON dan pembinaan olahraga sebesar 50 miliar rupiah, namun dari 50 miliar tersebut yang digunakan untuk PON sebesar 30 miliar rupiah.
“ KONI menerima dana dari Pemprov Kalteng 50 miliar rupiah, namun yang digunakan untuk PON, sebasar 30 miliar rupiah “ tegas Ilham
Ilham menambahkan, terkait prestasi kontingen Kalteng, dari jumlah medali emas memang menurun, namun untuk medali perak dan perunggu ada peningkatan.
Selain itu kata Ilham, dalam PON kali ini, ada beberapa cabor yang menggunakan atlet muda yang masa prestasinya masih Panjang, sehingga penilaiannya bisa dilakukan saat kegiatan PON berikutnya di Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, Ketua Satgas PON Kalteng, Agustan Saining, menyampaikan,
salah satu cabor yang menjadi sorotan adalah dayung, di mana tim Kalteng berhasil melaju ke final sebanyak 14 kali, namun target untuk meraih medali emas belum tercapai.
“di cabor dayung, Kalteng sebenarnya berpeluang meraih emas, namun keberuntungan belum berpihak dan hanya berhasil mendapatkan perak,” kata Agustan.
Untuk diketahui, dalam PON ke 21 tahun 2024, kontingen Kalteng hanya meraih satu medali emas, sembilan medali perak dan tiga medali perunggu, dan berada pada posisi 33 dari 38 provinsi peserta.
Sementara dalam pon ke 20 di Papua, dengan anggaran sebelas miliar rupiah , Kontingen Kalteng, berhasil meraih dua medali emas, enam medali perak dan lima medali perunggu, dan berada pada posisi ke 26 dari 34 provinsi peserta. (red)