SAMPIT, katakata.co.id – Petani sayur di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai merasakan dampak negatif musim kemarau yang melanda daerah setempat. Kurangnya pasokan air membuat tanaman mengering dan rusak hingga menyebabkan harga jual anjlok.
Sejak beberapa bulan terakhir, Kotim dilanda kemarau. Kondisi tersebut mulai dikeluhkan petani sayur mayur di Kota Sampit, seperti dirasakan oleh petani sayur di jalan teratai, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Selasa (22/8/2023).
Mengeringnya lahan pertanian membuat kualitas produksi menurun. Banyak sayur yang layu hingga mengering dan rusak, karena kurangnya pasokan air, membuat waktu masa panen bertambah.
Untuk itu, para petani terpaksa secara rutin menyiram lebih banyak air ke lahan pertanian, minimal dua kali dalam sehari. Hal ini membuat biaya produksi membengkak, terutama untuk membeli bahan bakar minyak mesin air.
Disamping itu, petani juga harus menggali lebih dalam sumur yang menjadi sumber air, karena sudah mulai mengering.
Edy Yanto salah seorang petani sayur di Sampit mengatakan, turunnya kualitas hasil produksi petani turut berimbas pada anjloknya harga sayur, seperti sayur kangkung yang biasa dijual 6.000 rupiah per ikat, turun menjadi 2.000 rupiah per ikat. Begitu juga sayur bayam yang biasa dijual 8.000 per ikat, turun menjadi 2.000 per ikat.
Akibat kekeringan ini, tambahnya, mereka yang biasa menghasilkan sekitar 350 ribu rupiah untuk satu jenis sayur sekali panen, kini petani hanya memperoleh sekitar 150 ribu rupiah untuk sekali panen.
Jika kemarau terjadi berkepanjangan, petani khawatir kualitas hasil produksi mereka semakin menurun. Bahkan gagal panen berpotensi tinggi terjadi yang mengakibatkan petani merugi. (ub/red)